Rabu, 24 September 2014

Pengalaman Pagi

Aturan Sekolah untuk anak-anak sekarang kadang terasa aneh.. salah satu aturan yang semula saya kecam adalah penerapan penomoran untuk  Siswa yang paling cepat datang ke sekolah yang nantinya akan di evaluasi dan diberikan piagam bagi yang terbaik (tercepat). Anak saya termasuk anak yang sering mendapat nomor wahid. wajar saja, karena jarak rumah yang letaknya dekat dengan sekolah.

Gambar dari sini
Saya malah berfikir, bagaimana dengan anak yang rumahnya jauh dari sekolah..? dimana anak tersebut sangat bergantung pada kesiapan orang tuanya untuk mengantar ke sekolah. Bagaimana jika kedua Orang tuanya bekerja ? dan juga harus bersiap-siap untuk berangkat ke tempat kerja..? bagaimana jika dirumah mereka hanya memiliki satu kamar mandi, dimana mereka harus antri menggunakannya seperti yang kami alami..? sehingga saya berkesimpulan bahwa aturan ini tidak adil untuk semua siswa. juga tidak mengena pada tujuannya yakni pendidikan sikap disiplin siswa. karena kecenderungan yang muncul adalah sikap terburu-buru sehingga tidak bisa mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan.

Pagi Tadi, saya kembali mengantar Anak ke sekolah. digerbang sekolah, salah satu orang tua siswa mendekati saya kemudian bercerita tentang pengalaman dan taktik dalam mengikuti aturan sekolah. dengan frontal saya menyatakan pemikiran saya yang menentang aturan tersebut. dengan tenang beliau berkata "saya senang dengan aturan ini pak, karena dengan aturan ini anak saya bisa belajar untuk bangun lebih pagi, dengan begitu saya lebih mudah untuk mengajaknya sholat Subuh" beliaupun menambahkan "dan saya katakan kepada anak saya, nak.. tidak perlu khawatir akan ada yang mendahuluimu, karena jika memang ada yang mendahuluimu, bisa dipastikan anak tersebut tidak melaksanakan Sholat Subuh seperti kita. yang mana sholat Subuh jauh lebih penting dibanding piagam itu nak.."

Dari kejadian tersebut saya sadar bahwa saya masih sering memandang segala sesuatu berdasarkan hawa nafsu, mungkin pendapat saya ada benarnya, namun saya menafikan manfaat yang saya amini keberadaannya. saya mencoba bijak dengan prinsip keadilan, namun lupa bahwa aturan tersebut menjadikan anak saya terbiasa bangun lebih pagi, bahkan kadang kala menjadi alarm kedua bagi saya untuk bangun tepat waktu. kejadian tersebut juga menjadi pelajaran bagi saya, bagaimana memberikan nasehat kepada anak dalam menyikapi sesuatu.

Alhamdulillah.. Semoga Allah Subhanahu Wata'ala memberikan taufiq serta hidayah sehingga kita bisa menangkap pelajaran dari setiap kejadian yang telah diatur-Nya. Aamiin..

 

7 komentar:

  1. Mungkin kalau aku disuruh bangun pagi itu agak sulit karna susah bangun pagi,,, Shalat subuh juga paling suka jam 5 Pas,,, kadang kadang suka lebih hehehhee :D

    BalasHapus
  2. kalo di daerah saya, jadwal Sholat subuhnya emang jam 5 pagi fan.. jadi kalo sholatnya jam 4:30, berarti tidak sah.. :D
    saya juga gitu kok.. susah bangun pagi.. makanya saya anggap ini pelajaran yang baik untuk Anak saya dan juga saya... hahahahaha

    BalasHapus
  3. setiap kebijakan pasti ada plus minusnya sih.. aku juga awal baca paragraf awal sempat nafsu, iya juga ya, ga mikir apa sama yang rumahnya jauh. hhoho... tapi setelah baca sampe selesai, aku juga jadi tercerahkan :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha.. begitulah sebagian manusia de' (termasuk saya dan ternyata kamu juga).. :D selalu terburu-buru dalam menyimpulkan..

      Hapus
  4. kalau ini berlaku di zama saya SD, sudah di pastikan saya selalu yang terakhir. ha ha
    zaman dulu kan, anak gadis gg boleh kesekolah kalau tempat penampungan air belum penuh, mana sumurnya superrr jauhhh.
    udah gitu, harus masak dulu untuk orang rumah baru ke sekolah... ckckckckck

    BalasHapus
    Balasan
    1. Loh.. kok cerita kecil kita mirip ya..? Tentang sumur yang jauh, harus ngangkat air.. tapi saya gak sampe masak.. hahahah

      Hapus

Silahkan memberi komentar